Manajemen
resiko keuangan
Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh
manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat
pengembalian (return) dan risiko (risk) keputusan keuangan tersebut. Tingkat
pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa mendatang,
sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan.
Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat
pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan
menggunakan statistika.
Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu
diharapkan memberikan imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal
dengan istilah “High Risk High Return”. Ada trade off antara risk dan return,
sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan keuangan yang mempunyai
risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan keputusan
keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur
risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit
imbalan yang diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi
tingkat pengenbalian yang diharapkan.
Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan
hutang dalam struktur keuangan perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus
menanggung beban tetap secara periodik berupa beban bunga. Hal ini akan
mengurangi kepastian besarnya imbalan bagi pemegang saham, karena perusahaan
harus membayar bunga sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan
demikian, risiko keuangan menyebabkan variabilitas laba bersih (net income)
lebih besar.
Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang
berasal dari hutang untuk memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban
bunga, maka penggunaan hutang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan
akan meningkatkan return bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak
dapat memanfaatkan dana secara baik, perusahaan mengalami kerugian.
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan
ancaman. Manajemen risiko keuangan terfokus pada risiko yang dapat dikelola
dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk
meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam
harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko
adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang
yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini
dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi
lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi
manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan
organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam
manajemen risiko dapat diklasifikasi menjadi
Mengapa Mengelola Resiko Keuangan?
Mengendalikan resiko keuangan dapat meningkatkan nilai
perusahaan, karena investor menyukai manajer keuangan yang mampu
mengidentifikasi dan mengelola resiko pasar. Stabilitas aliran kas bisa
meminimalkan kejutan laba, sehingga ekspektasi arus kas naik. Stabilitas laba
mengurangi resiko gagal bayar & kebangkrutan. Manajemen eksposur yang aktif
membuat perusahaan bisa konsentrasi pada resiko bisnis utama. Misal, perusahaan
manufaktur dapat terlindung dari resiko suku bunga dan mata uang dengan
berkonsentrasi pada produksi & pemasaran. Pemberi pinjaman (kreditur),
karyawan dan pelanggan juga bisa memperoleh manfaat dari manajemen eksposur.
Peranan Akuntansi
Akuntan manajemen membantu dalam mengidentifikasikan
eksposur pasar, mengkuantifikasi keseimbangan yang terkait dengan strategi
respons risiko alternatif, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap
risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi
efektivitas program lindung nilai.
a. Identifikasi Risiko Pasar
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk
mengidentifikasikan berbagai jenis risiko market yang berpotensi dapat
disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas
hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan
pesaingnya. Dan biasanya disebut sebagai kubus pemetaan risiko. Istilah pemicu
nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama
yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs
valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan eukuitas. Dimensi
ketiga dari kubus pemetaan risiko, melihat kemungkinan hubungan antara risiko
pasar dan pemicu nilai untuk masing-masing pesaing utama perusahaan.
b. Menguantifikasi Penyeimbangan
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam
proses manajemen risiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang
berkaitan dengan alternatif strategi respons risiko. Akuntan harus mengukur
manfaat dari lindung dinilai dan dibandingkan dengan biaya plus biaya
kesempatan berupa keuntungan yang hilang dan berasal dari spekulasi pergerakan
pasar
c. Manajemen Risiko di Dunia dengan Kurs Mengambang
Risiko kurs valuta asing (valas) adalah salah satu
bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional.
Dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup :
1) antisipasi pergerakan
kurs,
2) pengukuran risiko
kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan,
3) perancangan strategi
perlindungan yang memadai, dan
4) pembuatan
pengendalian manajemen risiko internal.
Peramalan atas Perubahan Kurs
Informasi yang sering kali digunakan dalam membuat
peramalan kurs (yaitu depresiasi mata uang) berkaitan dengan perubahan dalam faktor-faktor
berikut ini :
- Perbedaan Inflasi (inflation differential).
Kebijakan moneter (monetery policy)
- Neraca Perdagangan (balance of trade)
- Neraca pembayaran (balance of payment)
- Cadangan moneter dan kapasitas utang luar negeri
(international monetary reserve and debt capacity)
- Anggaran nasional (national budget)
- Kurs forward (forward exchange quotations)
- Kurs tidak resmi (unofficial rates)
- Perilaku mata uang terkait (behavior of related
currencies)
- Perbedaan suku bunga (interest rate
differentials)
- Harga opsi ekuitas luar negeri (foreign equity
option prices)
Mendefinisikan dan menghitung resiko
translasi dan menghitung resiko transaksi.
Potensi terhadap risiko valuta asing timbul apabila
perubahan kurs valas juga mengubah nilai aktiva bersih, laba, dan arus kas
suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap
potensi risiko valas ini berpusat pada 2 jenis potensi
risiko, yaitu translasi dan transaksi.
a. Potensi Resiko Translasi
Potensi risiko translasi mengukur pengaruh perubahan
kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestic atas aktiva dan
kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Karena jumlah
dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang
domestic untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan eksternal,
pengaruh translasi ini menimbulkan dampak langsung terhadap laba yang
dilaporkan. Aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing menghadapi potensi
resiko kurs jika suatu perubahan dalam kurs menyebabkan nilai ekuivalen dalam
mata uang induk perusahaan berubah.
b. Potensi Risiko Transaksi
Potensi Risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan
dan kerugian nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi
yang berdenominasi dalam mata uang asing. Tidak seperti keuntungan dan kerugian
translasi, keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap
arus kas.
Kontrol pusat terhadap keseluruhan potensi risiko mata
uang suatu perusahaan masih dimungkinkan. Agar terlaksana, masing-masing
perusahaan afiliasi luar negeri harus mengirimkan laporan potensi risiko multi
mata uang kepada kantor pusat perusahaan secara terus menerus. Sekali potensi
risiko telah digabungkan berdasarkan mata uang dan negara, perusahaan
dapat melakukan kebijakan lindung nilai terkoordinasi secara terpusat untuk
menghilangkan kerugian potensial.
Mengetahui strategi perlindungan
nilai tukar dan perlakuan akuntansi yang diperlukan
1.
Strategi Perlindungan
·
Lindung Nilai Neraca
Dapat mengurangi potensi resiko yang dihadapi
perusahaan dalam menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan
kewajiban perusahaan yang terpapar.
·
Lindung Nilai Operasional
Bentuk perlindungan resiko ini berfokus pada variabel
– variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing.
·
Lindung Nilai Struktural
Lindung nilai ini mencakup relokasi tempat manufaktur
untuk mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan.
·
Lindung Nilai Kontraktural
Lindung nilai kontraktural ini memberikan
fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola potensi
risiko valuta asing yang dihadapi.
2.
Akuntansi Untuk Produk Lindung Nilai
Merupakan kontrak atau instrumen keuangan yang
memungkinkan penggunaannya untuk meminimalkan, menghilangkan, atau paling tidak
mengalihkan resiko pasar pada pundak pihak lain.
Produk ini mencakup
antara lain Contract Forward, future,
SWAP, dan Opsi mata uang.
·
Contract Forward Valas
Merupakan perjanjian untuk mengirimkan atau menerima
jumlah mata uang tertentu yang dipertukarkan dengan mata uang domestik, pada
suatu tanggal di masa mendatang.
·
Future Keuangan
Merupakan komitmen untuk membeli atau menyerahkan
sejumlah mata uang asing pada suatu tanggal tertentu di masa depan dengan harga
yang ditentukan.
·
Opsi Mata Uang
Memberikan hak kepada pembeli untuk membeli (call)
atau menjual (put) suatu mata uang dari pihak penjual (pembuat) berdasarkan
harga (eksekusi) tertentu pada atau sebelum tanggal kadaluwarsa (eksekusi) yang
telah ditentukan.
·
SWAP Mata Uang
Mencakup pertukaran saat ini dan dimasa depan atas dua
mata uang yang berbeda berdasarkan kurs yang telah ditentukan sebelumnya.
SWAP mata uang memungkinkan perusahaan untuk :
·
Mendapatkan akses terhadap pasar modal yang sebelum
tidak didapat diakses dengan biaya yang relatif rendah.
·
Melakukan lindung nilai terhadap risiko kurs yang
timbul dari kegiatan usaha internasional.
3.
Perlakuan Akuntansi
FASB menerbitkan
FAS No. 133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk
memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi
derivatif dan lindung nilai. IFRS (dahulu IAS) No. 39, yang baru saja direvisi,
berisi panduan yang pertama kalinya memberikan tuntunan yang universal terhadap
akuntansi untuk derifatif keuangan.
Pengungkapan yang diwajibkan oleh FAS 133 dan IAS 39
sedikit banyak telah menyelesaikan masalah ini. Pengungkapan itu antara lain:
·
Tujuan dan strategi manajemen resiko untuk melakukan
transaksi lindung nilai.
·
Deskripsi pos – pos yang dilindung nilai.
·
Identifikasi risiko pasar dari pos – pos yang
dilindung nilai.
·
Deskripsi mengenai instrumen lindung nilai.
·
Jumlah yang tidak dimasukkan dalam penilaian
efektivitas lindung nilai.
·
Justifikasi awal bahwa hubungan lindung nilai tersebut
akan sangat efektif untuk meminimalkan risiko pasar.
·
Penilai berjalan mengenai efektivitas lindung nilai
aktual dari seluruh derivatif yang digunakan selama periode berjalan.
Masalah
akuntansi dan pengendalian,terkait dengan manajemen risiko nilai tukar mata
uang asing
Meskipun risiko terhadap nilai tukar mata uang asing
telah dilakukan mitigasi, namun demikian, beberapa perusahaan multinasional
masih saja mendapat kendala. Beberapa kendala yang dihadapi oleh perusahaan
multinasional umumnya, adalah sebagai berikut:
·
kendala lingkungan, yang dapat dilihat dari
karakteristik yang berbeda dari setiap negara. Kondisi ekonomi luar negeri
dapat mempengaruhi arus kas perusahaan multinasional
·
kendala regulasi, berupa perbedaan risiko setiap
negara yang ada, seperti: pajak, aturan-aturan konversi valuta serta peraturan
lain yang dapat mempengaruhi arus kas anak perusahaan.
·
kendala etika, yang digambarkan sebagai suatu praktik
bisnis yang bervariasi di setiap negara.
Sistem evaluasi kinerja terbukti bermanfaat dalam
berbagai sektor. Sektor ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada, bagian treasury perusahaan, pembelian dan
anak perusahaan luar negeri. Kontrol terhadap bagian treasury perusahaan mencakup pengukuran kinerja seluruh program
manajemen risiko nilai tukar, mengidentifikasikan lindung nilai yang digunakan,
dan pelaporan hasil lindung nilai. System evaluasi tersebut juga mencakup
dokumentasi atas bagaimana dan sejauh apa bagian treasury perusahaan membantu unit usaha lainya dalam organisasi
itu.
Para pelaku pasar cenderung tidak berani mengambil
risiko. Perantara jasa keuangan dan pencipta pasar memberikan respons dengan
menciptakan produk keuangan yang memungkinkan seorang pelaku pasar untuk
mengalihkan risiko perubahan harga tak terduga kepada orang lain-pihak lawan.
1.
Komponen Utama Risiko Mata
Uang Asing
Untuk meminimalkan eksposur yang dihadapi atas
volatilitas kurs valuta asing, harga komoditas, tingkat suku bunga, dan harga
sekuritas, industri jasa keuangan banyak menawarkan produk lindung nilai
keuangan, seperti swap, suku bunga, dan juga opsi. Kebanyakan instrument
keuangan tersebut diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca oleh sejumlah
perusahaan yang melakukan pelaporan keuangan secara internasional. Akibatnya,
risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan instrument ini sering kali
tertutupi, dan sampai sekarang pembuat standar akuntansi dunia melakukan
pembahasan atas prinsip pengukuran dan pelaporan yang tepat untuk produk-produk
keuangan ini. Materi pembahasan ini salah satunya adalah membahas pelaporan
internal dan masalah pengendalian yang terkait dengan masalah yang sangat
penting
Ada beberapa komponen utama dalam risiko mata uang
asing, yaitu:
- Accounting risk (risiko akuntansi): Risiko bahwa
perlakuan akuntansi yang lebih disukai atas suatu transaksi tidak
tersedia.
- Balance sheet hedge (lindung nilai neraca):
Mengurangi eksposur valuta asing yang dihadapi dengan membedakan berbagai
aktiva dan kewajiban luar negeri suatu perusahaan.
- Counterparty (pihak lawan): Individu/lembaga yang
terpengaruh dengan suatu transaksi.
- Credit risk (risiko kredit): Risiko bahwa pihak
lawan mengalami gagal bayar atas kewajibannya.
- Derivatif: Perjanjian kontraktual yang
menimbulkan hak atau kewajiban khusus dengan nilai yang berasal dari
instrument atau komoditas keuangan lainnya.
- Economic exposure (eksposur ekonomi): Pengaruh
perubahan kurs valuta asing terhadap biaya dan pendapatan perusahaan di
masa depan.
- Exposure management (manajemen eksposur):
Penyusunan strukturdalam perusahaan untuk meminimalkan pengaruh buruk
perubahan kursterhadap laba.
- Foreign currency commitment (komitmen mata uang
asing): Komitmen penjualan/pembelian perusahaan yang berdenominasi dalam
mata uang asing.
- Inflation differential (perbedaan inflasi):
Perbedaan dalam laju inflasi antar dua negara atau lebih.
- Liquidity risk (risiko likuiditas):
Ketidakmampuan untuk melakukan perdagangan suatu instrument keuangan
dengan tepat waktu.
- Market discontinuities (diskontinuitas pasar):
Perubahan nilai pasar secara mendadak dan signifikan.
- Market risk (risiko pasar): Risiko kerugian
akibat perubahan tak terduga dalam harga valuta asing, kredit komoditas,
dan ekuitas.
- Net exposed asset position (risiko potensial
posisi aktiva bersih): Kelebihan posisi aktiva terhadap posisi kewajiban
(juga disebut sebagai posisi positif).
- Net exposed liability position (risiko potensial
posisi kewajiban bersih): Kelebihan posisi kewajiban terhadap posisi
aktiva (juga disebut sebagai posisi negatif).
- Net investment (investasi bersih): Suatu posisi
aktiva atau kewajiban bersih yang terjadi pada suatu perusahaan.
- National amount (jumlah nasional): Jumlah pokok
yang dinyatakan dalam kontrak untuk menentukan penyelesaian.
- Operational hedge (lindung nilai operasional):
Perlindungan risiko valutaasing yang memfokuskan pada variabel yang
mempengaruhi pendapatandan beban suatu perusahaan dalam mata uang asing.
- Option (opsi): Hak (bukan kewajiban) untuk
membeli atau menjual suatu kontrak keuangan sebesar harga yang ditentukan
sebelum atau pada saat tanggal tertentu di masa datang.
- Regulatory risk (risiko regulator) : Risiko bahwa
suatu undang-undang public akan membatasi maksud penggunaan suatu produk
keuangan.
- Risk mapping (pemetaan risiko) : Mengamati hubungan
temporal berbagai risiko pasar dengan berbagai variabel laporan keuangan
yang mempengaruhi nilai perusahaan dan menganalisis kemungkinan
terjadinya.
- Structural hedges (lindung nilai struktural):
Pemilihan atau relokasi operasi untuk mengurangi keseluruhan eksposur
valuta asing suatu perusahaan.
- Tax risk (risiko pajak): Risiko bahwa tidak
adanya perlakuan pajak yang diinginkan.
- Translation exposure (eksposur translasi):
Mengukur pengaruh dalam mata uang induk perusahaan atas perubahan valuta
asing terhadap aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban dalam mata uang
asing.
- Transaction potential risk (risiko potensial
transaksi): Keuntungan atau kerugian valuta asing yang timbul dari
penyelesaian atau konversitransaksi dalam mata uang asing.
- Value at risk (nilai atas risiko): Risiko
kerugian atas portofolio perdagangan suatu perusahaan yang disebabkan oleh
perubahan dalam kondisi pasar.
- Value driver (pemicu nilai): Akun-akun neraca dan
laporan laba rugi yangmempengaruhi nilai perusahaan.
2.
Tugas Dalam Mengelola Mata Uang Asing
Manajemen risiko dapat meningkatkan nilai perusahaan
dengan mengidentifikasi, mengendalikan/mengelola risiko keuangan yang dihadapi
secara aktif. Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya,
manajemen potensi risiko yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan
berikut:
- Manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan
ekspektasi arus kas perusahaan. Aliran arus kas yang lebih stabil dapat
meminimalkan kejutan laba, sehingga meningkatkan nilai kini ekspektasi
arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi kemungkinan risiko gagal bayar
dan kebangkrutan, atau risiko bahwa laba mungkin tidak dapat menutupi
pembayaran jasa utang kontraktual.
- Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan
perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko bisnisnya yang utama.
Contohnya pada perusahaan manufaktur, ia dapat melakukan lindung nilai
risiko suku bunga dan mata uang, sehingga dapat berkonsentrasi pada
produksi dan pemasaran.
- Para pemberi pinjaman, karyawan, dan pelanggan
juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya
memiliki toleransi risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pemegang
saham, sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk menyeimbangkan
kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi. Produk derivative juga
memungkinkan dana pensiun yang dikelola pemberi kerja memperoleh imbalan
yang lebih tinggi dengan memberi kesempatan untuk berinvestasi dalam
instrument tertentu tanpa harus membeli atau menjual instrument terkait
secara nyata. Karena kerugian yang ditimbulkan oleh risiko harga dan suku
bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang lebih
tinggi, manajemen eksposur membatasi risiko yang dihadapi oleh konsumen.
Pendefinisian dan Perhitungan Risiko
Translasi
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan
menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan
keuangan untuk mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan baik
domestic dan luar negeri. Laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang
berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang induk
perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke
mata uang lainnya disebut translasi. Translasi tidak sama dengan konversi.
Konversi adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lain secara
fisik. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti hanya sebuah
neraca yang dinyatakan dalam IDR disajikan ulang dalam nilai ekuivalen
DollarAS.
Potensi risiko translasi ini mengukur pengaruh
perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva
dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Karena
jumlah dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen
mata uang domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan
eksternal, pengaruh translasi itu menimbulkan dampak langsung terhadap laba
yang diinginkan.
Risiko translasi dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
- Dikatakan potensi risiko positif apabila aktiva
terpapar lebih besar daripada kewajiban (yaitu pos-pos dalam mata uang
asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Devaluasi mata uang asing
relatif terhadap mata uang pelaporan (nilai mata uang asing menurun)
menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing (nilai mata uang
asing meningkat) menghasilkan keuntungan translasi.
- Potensi risiko negatif apabila kewajiban terpapar
melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus ini, devaluasi mata uang asing
menyebabkan timbulnya keuntungan translasi. Revalusi mata uang asing
menyebabkan kerugian translasi.
Selain potensi risiko translasi pengukuran akuntansi
tradisional terhadap potensi risiko valas ini juga berpusat pada potensi risiko
transaksi. Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian
nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang
berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki
dampak langsung terhadap arus kas. Laporan potensi risiko transaksi berisi
pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan konvensional, tetapi
menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi seperti kontrak forward mata uang
asing, komitmen pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka
panjang.
3.
Pendefinisian dan Perhitungan Risiko Translasi
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan
menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan
keuangan untuk mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan baik
domestic dan luar negeri. Laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang
berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang induk
perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke
mata uang lainnya disebut translasi. Translasi tidak sama dengan konversi.
Konversi adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lain secara
fisik. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti hanya sebuah
neraca yang dinyatakan dalam IDR disajikan ulang dalam nilai ekuivalen DollarAS.
Potensi risiko translasi ini mengukur pengaruh
perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva
dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Karena
jumlah dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen
mata uang domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan
eksternal, pengaruh translasi itu menimbulkan dampak langsung terhadap laba
yang diinginkan.
Risiko translasi dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
- Dikatakan potensi risiko positif apabila aktiva
terpapar lebih besar daripada kewajiban (yaitu pos-pos dalam mata uang
asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Devaluasi mata uang asing
relatif terhadap mata uang pelaporan (nilai mata uang asing menurun)
menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing (nilai mata uang asing meningkat)
menghasilkan keuntungan translasi.
- Potensi risiko negatif apabila kewajiban terpapar
melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus ini, devaluasi mata uang asing
menyebabkan timbulnya keuntungan translasi. Revalusi mata uang asing
menyebabkan kerugian translasi.
Selain potensi risiko translasi pengukuran akuntansi
tradisional terhadap potensi risiko valas ini juga berpusat pada potensi risiko
transaksi. Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian
nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang
berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki
dampak langsung terhadap arus kas. Laporan potensi risiko transaksi berisi
pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan konvensional, tetapi
menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi seperti kontrak forward mata uang
asing, komitmen pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka panjang.
4.
Perbedaan Risiko Akutansi dengan Risiko Ekonomi
Akuntansi manajemen memainkan peran yang penting dalam
proses risiko manajemen. Mereka membantu dalam mengidentifikasikan eksposur
pasar, mengkuantifikasi keseimbangan yang terkait dengan strategi respons
risiko alternative, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko
tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi program
lindung nilai. Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai
jenis risiko market berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka
ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap
pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi
keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai
suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku
bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber
pembelian mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara
domestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestik mampu menjual
dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang
yang dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian
probabilitas yang terkait dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing
pemicu nilai.
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam
proses manajemen resiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang
berkaitan dengan alternative strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing
adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh
perusahaan multinasional. Di dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko
mencakup:
- antisipasi pergerakan kurs,
- pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi
perusahaan,
- perancangan strategi perlindungan yang memadai,
- pembuatan pengendalian manajemen risiko internal.
Manajer keuangan harus memiliki informasi mengenai
kemungkinan arah, waktu, dan magnitude perubahan kurs dan dapat menyusun
ukuran-ukuran defensive memadai dengan lebih efisien dan efektif.
5.
Strategi Perlindungan Nilai Tukar dan Perlakuan Akuntansi yang Diperlukan
Setelah mengidentifikasi potensi risiko, selanjutnya
adalah merancang strategi lindung nilai untuk meminimalkan atau bahkan
menghilangkan potensi risiko tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan lindung
nilai neraca, operasional, dan kontraktual.
Strategi perlindungan dengan menyesuaikan tingkatan
dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban perusahaan yang terpapar,
yang akan dapat mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan.
Contoh metode lindung nilai pada suatu anak perusahaan
yang berlokasi di negara yang rentan terhadap devaluasi adalah:
- Mempertahankan saldo kas dalam mata uang lokal
sebesar tingkat minimum yang diperlukan untuk mendukung operasi berjalan.
- Mengembalikan laba yang di atas jumlah yang
diperlukan untukekspansi modal kepada induk perusahaan.
- Mempercepat (memastikan-leading) penerimaan dari
piutang dagangyang beredar dalam mata uang local.
- Menunda (memperlambat-lagging) pembayaran utang
dalam mata uang local.
- Mempercepat pembayaran utang dalam mata uang
asing.
- Menginvestasikan kelebihan utang tunai ke dalam
persediaan danaktiva lainnya dalam mata uang local yang tidak terlalu
terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
- Berinvestasi dalam aktiva di luar negeri dengan
mata uang yang kuat
- Lindung Nilai Operasional
Lindung nilai operasional berfokus pada
variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing.
Pengendalian biaya yang lebih ketat memungkinkan margin keselamatan yang lebih
besar terhadap potensi kerugian mata uang. Lindung nilai structural mencakup
relokasi tempat manufaktur untuk mengurangi potensi risiko yang dihadapi
perusahaan atau mengubah negara yang menjadi sumber bahan mentah dan komponen
manufaktur.
- Lindung Nilai Kontraktual
Salah satu bentuk lindung nilai dengan instrumen
keuangan, baik instrument derivatif maupun instrument dasar. Produk instrument
ini mencakup kontrak forward, future, opsi, dan gabungan ketiganya
dikembangkan. Untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para
manajer dalam mengelola potensi risiko valas yang dihadapi.
Perlakuan Akuntansi
Sebelum standar dibuat, standar akuntansi global untuk
produk derivatif tidak lengkap, tidak konsisten dan dikembangkan secara
bertahap. Kebanyakan instrument keuangan, yang sifatnya dapat dieksekusi,
diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca. Kemudian FASB menerbitkan FAS No.133,
yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk memberikan
pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivatif
dan lindung nilai. IFRS No. 39 (revisi) berisi panduan yang untuk pertama
kalinya memberikan tuntunan yang universal terhadap akuntansi untuk derivative
keuangan.
Provisi dasar standar ini adalah:
- Instrument-instrumen derivatif dicatat pada
neraca sebagai aktiva dan kewajiban. Instrumen derivatif dicatat sebesar
nilai wajarnya, termasuk yang melekat pada kontrak utama yang tidak
dicatat sebesar nilai wajarnya.
- Keuntungan atau kerugian dari perubahan dalam
nilai wajar instrument derivatif, bukan termasuk aktiva atau kewajiban,
namun diakui sebagai laba jika direncanakan sebagai lindung nilai.
- Lindung nilai haruslah sangat efektif agar layak
mendapatkan perlakuan akuntansi khusus, yaitu keuntungan atau kerugian
atas instrument lindung nilai secara tepat harus mengimbangi keuntungan
atau kerugian sesuatu yang dilindung nilai.
- Hubungan lindung nilai harus terdokumentasi
secara lengkap demi manfaat pembaca laporan.
- Keuntungan/kerugian dari investasi bersih dalam
mata uang asing (posisi aktiva atau kewajiban terpapar bersih) pada
awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya. Selanjutnya
direklasifikasikan ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan tersebut
dijual atau dilikuidasi.
- Keuntungan/kerugian dari lindung nilai terhadap
arus kas masa depan yang belum pasti, seperti perkiraan penjualan ekspor,
pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba komprehensif.
Keuntungan/kerugian diakui dalam laba apabila transaksi yang diperkirakan terjadi
itu mempengaruhi laba.
Namun, meskipun aturan penuntun yang dikeluarkan FASB
dan IASB telah banyak mengklarifikasi pengakuan dan pengukuan derivatif, masih
saja terdapat beberapa masalah. Yang pertama berkaitan dengan nilai wajar.
Kompleksitas pelaporan keuangan juga semakin meningkat jika lindung nilai
dianggap sangatlah tidak efektif untuk mengimbangi risiko valas.
6.
Masalah Akuntansi dan
Pengendalian Terkait Dengan Manajemen Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing
Perusahaan-perusahaan secara berkesinambungan
menciptakan dan menerapkan strategi-strategi baru untuk memperbaiki arus kas
mereka dalam rangka meningkatkan kekayaan pemegang saham. Sejumlah strategi
mengharuskan dilakukannya ekspansi dalam pasar local. Strategi-strategi lain
mengharuskan penetrasi ke dalam pasar asing. Pasar luar negeri bisa sangat
berbeda dari pasar lokal. Pasar luar negeri menciptakan kesempatan timbulnya
peningkatan arus kas perusahaan. Banyaknya hambatan masuk ke dalam pasar luar
negeri yang telah dicabut atau berkurang, mendorong perusahaan-perusahaan untuk
memperluas perdagangan internasional. Konsekuensinya, banyak perusahaan
nasional berubah menjadi perusahaan multinasional (multinasional corporation)
yang didefinisikan sebagai perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu
bentuk bisnis internasional.
Tujuan MNC sendiri secara umum adalah memaksimumkan
kekayaan pemegang saham. Penentuan tujuan sangat penting bagi sebuah MNC,
karena semua keputusan yang akan dilakukan harus memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan tersebut. Setiap usulan kebijakan korporasi tidak hanya perlu
mempertimbangkan laba potensial, tetapi juga risiko-risikonya. Sebuah MNC harus
membuat keputusan-keputusan berlandaskan tujuan yang sama dengan tujuan
perusahaan domestik murni. Tetapi di sisi lain, perusahaan MNC memiliki
kesempatan yang jauh lebih luas, yang membuat keputusannya menjadi lebih
kompleks.
Ada beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan MNC seperti, kendala
lingkungan, kendala regulatori, dan kendala etika. Kendala lingkungan dapat
dilihat dari perbedaan karakteristik tiap negara. Kendala regulatori berupa
perbedaan peraturan setiap negara yang ada seperti, pajak, aturan-aturan
konversi valuta, serta peraturan-peraturan lain yang dapat mempengaruhi arus
kas anak perusahaan. Kendala etika sendiri digambarkan sebagai suatu praktek
bisnis yang berbeda-beda di tiap Negara.
MNC, dalam melakukan bisnis internasionalnya, secara
umum dapat menggunakan metode-metode berikut:
- Perdagangan internasional
- Licensing
- Franchising
- Usaha patungan
- Akuisisi perusahaan
- Pembentukan anak perusahaan baru di luar negeri
Metode-metode bisnis internasional meminta investasi
langsung dalam operasi-operasinya di luar negeri atau lebih dikenal dengan
sebutan Direct Foreign Invesment (DFI). Perdagangan internasional dan pemberian
lisensi biasanya tidak dianggap sebagai DFI karena keduanya tidak melibatkan
investasi langsung dalam operasi di luar negeri. Franchising dan usaha patungan
cenderung meminta investasi langsung, tetapi dalam jumlah relatif kecil. Akuisisi
dan pendirian anak perusahaan baru merupakan elemen DFI yang paling besar.
Berbagai peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan
muncul. Walaupun bisnis internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC
terhadap kondisi-kondisi ekonomi negara asalnya, bisnis internasional biasanya
juga meningkatkan exposure MNC terhadap pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi
luar negeri, dan risiko politik. Sebagian besar bisnis internasional meminta
pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran.
Karena nilai tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk
melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta
negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bisa berubah walaupun pemasoknya
tidak mengubah harga. Selain itu, ketika perusahaan multinasional memasuki
pasar asing untuk menjual produk, permintaan atas produk tersebut tergantung
pada kondisi-kondisi ekonomi dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan
multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi luar negeri. Manajemen
dapat menggunakan pengendalian terhadap nilai tukar mata uang asing dengan
lindung nilai. Namun, setiap strategi manajemen risiko keuangan harus
mengevaluasi efektivitas program lindung nilai tersebut. Umpan balik dari
sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun pengalaman
kelembagaan dalam praktek menajamen risiko. Penilaian kinerja program manajemen
risiko juga memberikan informasi mengenai kapan strategi yang ada sudah tidak
lagi tepat untuk digunakan. Jadi intinya, pengendalian keuangan yang efektif
adalah dengan sistem evaluasi kinerja.
Sistem evaluasi kinerja terbukti bermanfaat dalam
berbagai sektor. Sektor ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada, bagian
treasuri perusahaan, pembelian dan anak perusahaan luar negeri. Kontrol
terhadap bagian treasuri perusahaan mencakup pengukuran kinerja seluruh prodram
manajemen risiko nilai tukar, mengidentifikasikan lindung nilai yang digunakan,
dan pelaporan hasil lindung nilai. Sistem evaluasi tersebut juga mencakup
dokumentasi atas bagaimana dan sejauh apa bagian trasuri perusahaan membantu
unit usaha lainnya dalam organisasi itu.
Dalam banyak organisasi, manajemen risiko valuta asing
tersentralisasi pada kantor pusat perusahaan. Hal ini memungkinkan para manajer
anak perusahaan untuk berkonsentrasi pada usaha intinya. Namun demikian, ketika
membandingkan hasil actual dan hasil yang diperkirakan, sistem evaluasi harus
memiliki acuan yang digunakan untukmembandingkan keberhasilan perlindungan risiko
perusahaan.
Sumber
: